Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun demikian Bahasa Jawa dituturkan
oleh sebagian besar Suku Jawa. Bahasa Jawa yang dituturkan di Jawa
Timur memiliki beberapa dialek/logat. Di daerah Mataraman
(eks-Karesidenan Madiun dan Kediri), Bahasa Jawa yang dituturkan hampir
sama dengan Bahasa Jawa Tengahan (Bahasa Jawa Solo-an). Di daerah
pesisir utara bagian barat (Tuban dan Bojonegoro), dialek Bahasa Jawa
yang dituturkan mirip dengan yang dituturkan di daerah Blora-Rembang di
Jawa Tengah.
Dialek Bahasa Jawa di bagian tengah dan timur dikenal dengan Bahasa Jawa
Timuran,
yang dianggap bukan Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa Timuran
adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan
bahasa layaknya Bahasa Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar.
Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik dan bangga
dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa Dialek Surabaya dikenal dengan Boso Suroboyoan.
Dialek Bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan Dialek
Surabaya. Dibanding dengan bahasa Jawa dialek Mataraman (Ngawi sampai
Kediri), bahasa dialek malang termasuk bahasa kasar dengan intonasi yang
relatif tinggi. Sebagai contoh, kata makan, jika dalam dialek Mataraman
diucapkan dengan 'maem' atau 'dhahar', dalam dialek Malangan diucapkan
'mangan'. Salah satu ciri khas yang membedakan antara bahasa arek
Surabaya dengan arek Malang adalah penggunaan bahasa terbalik yang lazim
dipakai oleh arek-arek Malang. Bahasa terbalik Malangan sering juga
disebut sebagai bahasa walikan atau osob kiwalan. Berdasarkan
penelitian Sugeng Pujileksono (2007), kosa kata (vocabulary) bahasa
walikan Malangan telah mencapai lebih dari 250 kata. Mulai dari kata
benda, kata kerja, kata sifat. Kata-kata tersebut lebih banyak diserap
dari bahasa Jawa, Indonesia, sebagian kecil diserap dari bahasa Arab,
Cina dan Inggris. Beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya mobil diucapkan libom, dan polisidiucapkan silup.
Produksi bahasa walikan Malangan semakin berkembang pesat seiring
dengan munculnya supporter kesebelasan Arema (kini Arema Indonesia)yang
sering disebut Aremania. Bahasa-bahasa walikan banyak yang tercipta dari
istilah-istilah di kalangan supporter. Seperti retropus elite atau supporter elit. Otruham untuk
menyebut supporter dari wilayah Muharto. Saat ini Bahasa Jawa merupakan
salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di
sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SLTA.
Bahasa Madura dituturkan
oleh Suku Madura di Madura maupun di mana pun mereka tinggal. Bahasa
Madura juga dikenal tingkatan bahasa seperti halnya Bahasa Jawa,
yaitu enja-iya (bahasa kasar), engghi-enten (bahasa tengahan),
dan engghi-bhunten (bahasa
halus). Dialek Sumenep dipandang sebagai dialek yang paling halus,
sehingga dijadikan bahasa standar yang diajarkan di sekolah. Di daerah
Tapal Kuda, sebagian penduduk menuturkan dalam dua bahasa: Bahasa Jawa
dan Bahasa Madura. Kawasan kepulauan di sebelah timur Pulau Madura
menggunakan Bahasa Madura dengan dialek tersendiri, bahkan dalam
beberapa hal tidak dimengerti oleh penutur Bahasa Madura di Pulau Madura
(mutually unintellegible).
Suku Osing di Banyuwangi menuturkan Bahasa Osing. Bahasa Tengger, bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Suku Tengger, dianggap lebih dekat dengan Bahasa Jawa Kuna.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah
stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show,
misalnya JTV memiliki program berita menggunakan Boso Suroboyoan, Bahasa Madura, dan Bahasa Jawa Tengahan.
CONTOH PENGGUNAAN BAHASA JAWA
Dimulai dari kata yang biasa kita lontarkan :
Aku = Aku
contoh :
"Aku kate tuku tempe nang warung bulek Muna "
"Aku mau membeli tempe di toko tante Muna "
kamu = Koen
contoh :
"jarene sopo koen?"
"Katanya siapa kamu?"
Dia = De'e
contoh :
"iyo, aku seneng karo de'e"
"iya, aku suka/cinta dengan dia"
Apa = Opo
contoh :
"kurang opo maneh?"
"kurang apa lagi?"
Kenapa = Opo'o / kenek opo
contoh :
"Opo'o arek iku? kok mrengut ae"
"Kenapa anak itu? kok cemberut saja"
Bagaimana = yak opo
contoh:
"yak opo kabare? walah wes sue gak tau metuk"
"bagaimana kabarnya? haduh sudah lama tidak pernah bertemu"
Dimana = nang ndi
contoh :
"koen tuku klambi iku nang ndi?"
"kamu beli baju itu dimana?"
Siapa = Sopo
contoh :
"Sopo seng nyeluk mau?"
"siapa yang memanggil tadi?"
Mungkin = Be'e
contoh :
"Be'e ae de'e seng nyolong"
"Mungkin saja dia yang mencuri"
Begitu = Ngunu
contoh :
"oalah ngunu ta, jek tas ero aku"
"oh begitu, baru tahu aku"
Kalau = Nek
contoh :
"Nek ngunu aku tak budhal dewe"
"kalau begitu aku berangkat sendiri"
Tempat = Nggon
contoh :
"iki loh nggon panganan seng paling enak"
"ini loh tempat makanan yang paling enak"
jalan-jalan = mlaku-mlaku
contoh:
"mlaku-mlaku yok, mblenger nang omah"
"jalan-jalan yuk, bosan di rumah"
CONTOH PENGGUNAAN BAHASA JAWA
Dimulai dari kata yang biasa kita lontarkan :
Aku = Aku
contoh :
"Aku kate tuku tempe nang warung bulek Muna "
"Aku mau membeli tempe di toko tante Muna "
kamu = Koen
contoh :
"jarene sopo koen?"
"Katanya siapa kamu?"
Dia = De'e
contoh :
"iyo, aku seneng karo de'e"
"iya, aku suka/cinta dengan dia"
Apa = Opo
contoh :
"kurang opo maneh?"
"kurang apa lagi?"
Kenapa = Opo'o / kenek opo
contoh :
"Opo'o arek iku? kok mrengut ae"
"Kenapa anak itu? kok cemberut saja"
Bagaimana = yak opo
contoh:
"yak opo kabare? walah wes sue gak tau metuk"
"bagaimana kabarnya? haduh sudah lama tidak pernah bertemu"
Dimana = nang ndi
contoh :
"koen tuku klambi iku nang ndi?"
"kamu beli baju itu dimana?"
Siapa = Sopo
contoh :
"Sopo seng nyeluk mau?"
"siapa yang memanggil tadi?"
Mungkin = Be'e
contoh :
"Be'e ae de'e seng nyolong"
"Mungkin saja dia yang mencuri"
Begitu = Ngunu
contoh :
"oalah ngunu ta, jek tas ero aku"
"oh begitu, baru tahu aku"
Kalau = Nek
contoh :
"Nek ngunu aku tak budhal dewe"
"kalau begitu aku berangkat sendiri"
Tempat = Nggon
contoh :
"iki loh nggon panganan seng paling enak"
"ini loh tempat makanan yang paling enak"
jalan-jalan = mlaku-mlaku
contoh:
"mlaku-mlaku yok, mblenger nang omah"
"jalan-jalan yuk, bosan di rumah"